Untuk mengisi liburan memasuki final
Turnamen Sepak Bola TARUMAN CUP V tahun 2017, Kepala Desa Singorojo Bapak Hadi
Prayitno menyumbang dan mengisi waktu kekosongan itu dengan mengundang Pagelaran Kuda Lumping Dari Dusun Jomblang
Singorojo Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Memang selama beberapa tahun
ini didusun taruman jarang sekali pertunjukan seperti itu. Kesibukan warga yang
mayoritas petani hingga sekali muncul hiburan ini, semua pada berduyun-duyun
memenuhi lapangan jatiarum.
Pentas
seni kuda lumping warisan leluhur yang selalu memikat hati semua kalangan
masyarakat. Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa
kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau bahan lainnya dengan dihiasi
rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang,
sehingga pada masyarakat jawa sering disebut sebagai jaran kepang. Tidak
satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat
verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Konon, tari kuda lumping adalah
tari kesurupan. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping
menggambarkan kisah seorang pasukan pemuda cantik bergelar Jathil penunggang
kuda putih berambut emas, berekor emas, serta memiliki sayap emas yang membantu
pertempuran kerajaan bantarangin melawan pasukan penunggang babi hutan dari
kerajaan lodaya pada serial legenda reog abad ke 8.
Terlepas dari asal usul dan
nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek
kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari
gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu,
menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.